Rabu, 26 November 2008

kijangku sayang

Sebenarnya status mobil ini adalah family car di rumah saya.
Walaupun sebenar-benarnya, bapaklah pemilik resminya.
Dulu, saya tidak merasa memiliki ikatan yang kuat dengan kijang merah ini.
Ikatan saya dengan starlet kesayangan itu -menurut saya- jauh lebih erat. Secara mobil ini sudah menemani saya hampir 8 tahun lamanya. Menemani saya melewati naik turunnya hidup... Saksi kisah cinta saya dengan beberapa pria...hahaha...lho, kok jadi curhat colongan..

Kembali ke kijang...
Kok tiba2 saya merasa sedih akan kehilangan dia ya..
Kijang itu sudah agak tua, bocor di beberapa tempat...
Mobil baru sudah datang, kijang juga, second sih.. tapi lumayan lah...
Oho pun, ketika saya kabari bahwa kijang akan dijual, merasa sedih...
"Duh, bilangin bapak, jangan jual dulu... aku mau foto dulu sama kijang..."
Hehehe...segitunya ya...
Soalnya, kami tiba2 menyadari bahwa banyak hal terjadi diantara kami bersama kijang merah ini.

Waktu itu tahun 2003, bulan Mei, tanggal 15.
Saya dan teman2 komunitas Friends harus ke daerah Gunung Kidul untuk melakukan pendampingan pada anak2 panti asuhan. Waktu itu, ga ada cowok yg bisa nyetir di Friends. Saya pun belum berani nyetir sejauh itu. AKhirnya, Ari, ketua waktu itu, mengajak temannya yang belakangan kuketahui bernama Oho untuk nyetirin kijang-ku.
Walah...kulirik aja enggak deh waktu itu...hahaha...maaf ya mas...hehehe... Lagian kami sama2 punya pacar saat itu.

Pertemuan berikutnya terjadi tahun 2006. 19 Februari. Teman2 Friends makrab di Kaliurang. Pake outbound. Oho dan teman2nya menjadi trainer waktu itu. Saya lupa pernah berkenalan dengannya. Sementara dia tidak. Dia ingat saya. Cie...jadi ge-er ni saya...
Penampilannya yang biasa2 aja ga menarik buat saya. Walaupun waktu itu saya memang lagi jomblo.
Tapi ga tau kenapa, dorongan dari mana pada mulut saya, sampai ketika dia bertugas memegangi tali buat rapling, saya memintanya untuk memegang tangan saya, seperti yg dia lakukan pada teman2 cewe yg lain, yg pada takut. Sementara sebenernya saya ga perlu dipegangi krn saya ga gemetar. Hahaha....
Kijang ada di sana waktu itu...

Selanjutnya...kami semakin dekat setelah hari itu...
Kedekatan kami semakin dalam ketika kami terlibat dalam satu tim training di daerah Kulon Progo. Kami naik kijang rame2 dg teman2. Oho yg nyetir dan aku duduk di sampingnya. Perjalanan panjang yang tidak melelahkan...

Momen terbesar dalam hubungan kami bersama kijang adalah perjalanan Jogja-Bandung-Jakarta-Bandung-Jogja Juli lalu. Berdua dalam satu mobil...menyusuri jalanan yang kadang naik kadang turun. Kadang rata dan mulus kadang terjal dan berliku. Seperti itulah perjalanan....begitu juga perjalanan relasi kami... Dalam perjalanan itu, banyak sekali hal2 personal dan mendalam yang kami bicarakan berdua... Kijang lah yang menjadi teman kami dalam proses memahami lebih dalam waktu itu...

Uh...ga rela kehilangan kijang deh rasanya...

bedanya "mau tak mau" dengan "aku mau!"

Beberapa waktu lalu, ketika saya dihadapkan pada beberapa pilihan, ibu saya berkata, "Kakehan pilihan, bingung... Nek ra duwe pilihan, ya bingung".
Waktu itu, saya mendapat keleluasaan untuk memilih apapun. Boleh pilih satu, boleh juga pilih dua2nya.
Menulis buku bisa dilakukan sembari mengerjakan tesis. Walaupun pada akhirnya, pada waktu tertentu ada yang sedikit "dikalahkan".

Hari ini saya belajar, bahwa ibu saya benar, tidak punya pilihan, tentu bukan hal menyenangkan.
Hari ini saya melihat, bahwa memiliki pilihan adalah sebuah blessing, sebuah kebaikan hati dari Tuhan dan alam semesta.
Hari ini saya menyadari, bahwa saya harus lebih bersyukur karena dianugerahi kesempatan untuk memilih.

Hari ini saya terenyuh, melihat anak sekecil itu, yang walaupun setetes ada hubungan darah dengan saya, harus pulang berjalan kaki ke rumah. Sendirian. Membawa tas besar di punggungnya.
Oke, katakan mungkin saya berlebihan memandang hal ini.
Berjalan kaki berangkan dan pulang sekolah adalah hal yg biasa.
Apalagi untuk jarak yang dekat.
Lalu kenapa saya harus terenyuh?
Karena saya membandingkannya dengan diri saya waktu kecil, dengan keponakan2 saya sekarang.

Anak itu, harus berjalan kaki sendirian, karena mau tak mau ia harus melakukannya.
Dia tidak punya pilihan.
Ayah ibunya tidak memiliki "pekerjaan resmi".
Dia lahir di tengah keluarga yang memiliki segudang permasalahan yang sedemikan kompleksnya.
Jadi, setiap hari, kaki kecil itu menyusuri jalanan sendirian... berangkat dan pulang sekolah.

Sementara saya... belasan tahun lalu ketika masih SD, saya memiliki pilihan untuk sekedar "ingin naik apa hari ini".
Mau naik sepeda? Boleh... Dianter mobil? Tersedia... Becak? Silakan saja...
Ponakan2 saya sekarang juga begitu...

Berlebihankah saya menilai kondisi ini?
Entahlah...

Namun yang pasti,
hari ini saya belajar, bahwa tidak semua orang punya pilihan dalam hidupnya.
Dan ketika kita dihadapkan pada pilihan2 yg membuat bingung, kita tetap masih harus bersyukur...

Senin, 24 November 2008

bullying - observasi hari pertama

Ternyata...bullying memang sungguh2 terjadi!
Sebenarnya saya meyakininya sejak saya memilih tema ini untuk tesis.
Secara saya adalah korban sekaligus pelaku bullying :p
Tapi hari ini, semakin yakin bahwa di semua sekolah, bullying memang terjadi.

Mulai dari yang fisik, kayak mukul, nendang, nonjok...
Verbal: orang gila! gendut!
Sampe yang psikologis, mengancam ga mau maen lagi dan sebangsanya
Eh, kita sempat ngrekam adegan pemalakan juga lho...

Beneran deh, kita semua musti lebih aware dengan fenomena ini.
Kekerasan ada di mana2...

Sabtu, 22 November 2008

tangan yang menolong

Saya sungguh merasa berada dalam genggaman tangan Tuhan...
Begitu penuh pertolongan, begitu aman, begitu erat dalam setiap langkah...



Di saat saya nyaris berputus asa, bantuan datang dengan mudahnya.
Ya, ini masalah tesis. Penelitian besar yang menyita tenaga saya sehabis-habisnya.
Pengambilan data untuk pre test harus segera saya mulai. Karena minggu depan, anak2 sudah ulangan umum. Itu berati saya tidak bisa mengobservasi mereka.
Jadi, mau tdk mau, minggu terakhir november inilah kesempatan terakhir saya. Sekarang atau mundur sampai april! Ga mau...

Rencana observasi saya dengan pencatatan langsung ditolak oleh Bu Etik. Kenapa? Karena datanya akan lebih tidak sahih. Karena butuh inter rater minimal 3. Pakai handycam saja, begitu katanya. Saya menyetujuinya tanpa berpikir panjang. Karena, jurnal2 bullying banyak yang begitu juga.

Muncullah persoalan. Sebanyak apa handycam yg saya butuhkan? Berapa observer yg harus mengobservasi? Berama lama observasi dilakukan? Kasetnya bakal habis berapa?

Terhenyaklah saya ketika mengetahui menyewa handycam per hari itu tdk murah. Otak diskalkulia saya menghitung dengan susah payah. Lalu, tangan itu mengulurkan bantuan... dengan mudahnya saya menemukan sahabat2 yg bersedia meminjamkan handycam selama satu minggu tanpa memungut bayaran (ya iyalah, kalo pake bayaran bukan sahabat kali bu..).

Siapa yang akan mengobservasi? Bertemulah saya dengan teman2 PSYNEMA USD. Mereka anak psikologi. Bisa mengoperasikan kamera dengan cukup baik. Walaupun ada uang lelah utk mereka, tapi kesediaan mereka sudah menjadi pertolongan besar bagi saya...

Saya benar2 merasa bersyukur...benar2 merasa semua dilancarkan...dimudahkan...
Terimakasih Tuhan... Semoga saya pun menjadi kepanjangan tanganMu untuk orang lain...

jer basuki mawa beya

Tahu artinya? Kurang lebih adalah: untuk mencapai sesuatu, selalu dibutuhkan biaya atau uang.
Dan sepertinya memang begitu. Saya sedang menghitung2 biaya tesis. Dan sepertinya akan cukup besar. Kenapa? Mungkin karena topik yg saya pilih memang membutuhkan biaya yg tidak sedikit. Temanya bullying. Partisipannya sekolah. Satu sekolah. Eh, dua dink, plus kelompok kontrol. Metode pengkurannya observasi. Pake handycam. Tidak cukup satu atau dua. Enam, sodara2... Hmmm...

Hikmahnya adalah...saya jadi orang yg hemat sekarang. Serius! Saya menjadi sangat menghitung pengeluaran dan menahan diri untuk membeli sesuatu yg ga perlu. Terutama untuk diri sendiri ya. Tadi, habis dari Sentral di jalan Solo, beli mini dv, saya mampir Gardena karena mau beli label nama buat melebeli barang2 yg saya pinjam. Biasanya, sejak kecil, saya selalu membeli segelas ovaltine ketika ke Gardena. Tadi, untuk pertama kalinya saya memutuskan utk tidak membeli ovaltine yg cuma 3000 itu. Kenapa? Karena saya pikir saya tidak terlalu haus, dan kalaupun haus, ada sebotol air mineral dalam tas. Hmmm... kalo dipikir2, kok mesakake banget ya aku...hahaha...

Senin, 17 November 2008

cemburu

Honestly, saya memang memiliki kecenderungan untuk menjadi pencemburu.
Saya tahu dan sadar betul, bahwa emosi jenis ini, dalam kadar yang sedikit saja di atas normal, tidak sehat. Tidak sehat buat saya. Tidak sehat buat pasangan (yang menjadi objek cemburu saya). Dan tidak sehat buat relasi kami berdua.
Saya tahu, bahwa Kitab Suci berkata: "Love is not jealous, ... does not look for its own interests, does not become provoked." (1 Corinthians 13:4).
Saya tahu, saya harus belajar untuk mengendalikan perasaan ini. Karena beberapa kejadian tidak mengenakkan terjadi gara2 cemburu saya pada pasangan. FYI, pasangan saya sangat tidak cemburuan. Dia memberi saya sayap untuk terbang. Walaupun kepadanya saya selalu ingin kembali bersarang :)
Empat bulan berpisah karena dia harus bekerja di Lampung, saya tidak cemburu. Saya percaya padanya seratus persen. Tapi, hari ini, di saat kami sedang menikmati hari2 bersama. Dia ditelpon tiga kali oleh tiga cewek yang berbeda. Semua menanyakan, kamu dimana? lagi apa? bahkan ada yang pake nanya, dah makan belum? trus, karena ada yg tau dia pulang karena mau periksa gigi, nanya: gimana giginya? diapain?
Huaaaa.... cemburu-ku kumat!
Yes, I am getting jealous!
Masalahnya adalah, dia adalah laki2 yg nice sekaligus polos. Dia ga sadar bahwa nada bicaranya (yang menurut dia males2an) akan diterima telinga wanita sebagai suara manja! Grrr!!! Dia ga sadar bahwa pertanyaan2 remeh temeh ga penting adalah sinyal perhatian dari perempuan pada laki2 yg disukainya. Dan dia ga sadar bahwa sikapnya seringkali diterima berbeda oleh para perempuan.
Bicarakan dunk... Ooo... sudah, saya sudah bicara. Apa jawabannya, hehehe... kamu bangga dunk sayang, kan artinya ada yg ngefans, tapi kan kamu tetap jadi juara di hatiku.
Hmmm... kalo ga dalam keadaan cemburu, mungkin kalimatnya membuatku melayang, tapi tidak kali ini... :p
Tapi, sebenarnya, setelah kupikir2... jauh di lubuk hatiku, aku percaya padanya... Nggak ada yang perlu kukhawatirkan...

Kamis, 13 November 2008

tak sabar bertemu (merindukannya)

Frans, lelakiku, sedang dalam perjalanan menemuiku... Lagi antri kapal masuk merak. Harusnya, kalau sesuai jadwal, jam 8 atau 9 pagi besok, aku sudah bisa menjemputnya. Tapi kayaknya ga bakal bisa. Karena, penumpang yg mau ke jogja cuman 3 orang, dan perusahaan otobus itu me-merger 3 orang itu ke rute lampung-semarang-solo. Huhu...kasiannya... Hanya berharap dia tidak diturunkan di jalan dan disuruh ke Jogja sendiri tereserah-kamu-gimana-caranya... :p

Hmmm.... barusan saya dan dia berbicara di telepon. Saya yang diskalkulia ini bertanya, 74 dibagi 12 berapa? 6 lebih, katanya. Kenapa sih? Aku bilang, temenku menulis di facebook, 74 months jadian. Trus dia nanya, kamu mau ikut2? Ga lah...jawabku, karena kita jadian kapan sebenernya aku ga ngerti... Hehehe... Beneran, saya tidak tahu pasti kapan kami jadian... Semuanya berjalan begitu saya... lumayn cepat, tapi sekaligus smooth... Sempat sih ada perasaan takut, gimana kalo easy come easy go? Tapi, ternyata tidak juga sejauh ini... Kami belajar bahwa relasi itu proses mengenal, menerima, mengembangkan yang tidak pernah berhenti. Kami bukan pasangan yang memiliki -meminjam bahasanya Carl Jung- inborn elements yang sama. Preferensi kami berebeda. Kadang2, saya sukar menerima pola pikirnya. Sebaliknya, tidak jarang pula dia tidak mampu memahami cara pandang saya. Kadang2, saya tidak bisa memahami romantisme ala Frans. Sebaliknya, tidak jarang pula dia menangkap cara saya mengungkapkan cinta. Cara berkomunikasi kami pun sering kali ga klop. Ketika berbicara di telpon lalu dia mengatakan, "udah dulu ya... nanti tak telp lagi" dg nada "kemrungsung". Ternyata, bos nya memanggil, misalnya. Buat saya, lebih enak jk dia berkata begini: pak ambro panggil aku, udah dulu ya. Hehehe... Sederhana mungkin, tapi kadang2 saya bisa menjadi sangat "kelara-lara" (sakit ati) karenanya... hehehe...

Seperti yang saya tulis sebelumnya, cara dia mengungkapkan cinta kadang2 tidak serta merta bisa saya tangkap. Romantis versi Frans tdk selalu sama dg romantis versi Yayi. Tapi....saya sepakat, dua hari yang lalu, dia membuat saya terbang ke angkasa... untuk pertama kalinya, dia menuliskan pesan: u r the best thing ever in my life... Uhhhhfff! Kupu2 beterbangan dalam perut saya...

Selasa, 11 November 2008

maaf ya mbak, saya kentut...

Tadi siang, saya bersama Wiwid yang baru saja kembali dari tanah airnya, Riau, memutuskan untuk menghadiahi diri sendiri dengan bersenang2 di salon. Setelah makan siang sebelum waktunya, karena waktu itu masih jam 11.20 di bebek goreng H. Slamet di Gejayan, pergilah kami berdua ke Cante'l. Entah kenapa salon&spa ini namanya Cante'l. Pake ' itu lho yang aneh. Karena nama jalan dimana salon itu berlokasi memang Cantel Baru. Kenapa juga pake ' segala. Gimana bacanya coba... Heheh...

Seperti kunjungan kami sebelumnya, kami memilih paket teenagers, walaupun kami sebenarnya sudah berada di masa dewasa jika dilihat dari teorinya Bu Hurlock. Paket itu terdiri dari body scrub, creambath, dan facial. Wiwid memilih facial wajah, dan saya memilih facial punggung. Saya memang terserang jerawat di punggung yang menyebalkan ketika sedang stress.

Acara memanjakan diri dimulai dengan creambath. Saya memilih alpukat. Wiwid memilih anti dandruff. Setelah di-steam, dengan rambut masih berlumur cream creambath, kami melanjutkan perawatan facial. Secara saya kenyang banget makan bebek, dengan posisi telungkup, dengan pijatan yang nikmat di punggung dan deket2 pantat, kentutlah saya.... Dan saya pura2 tidur biar ga malu. Hahaha... maaf ya mbak...

Penasaran tentang kentut, saya googling tentang kentut. Saya mendapat artikel cukup lengkap dan lucu di www.students.ee.itb.ac.id/~achai/artk/artk/Kentut.html. Ternyata kentut itu berasal dari ari gas dalam usus. Gas dalam usus berasal dari udara yang kita telan, yang menerobos ke usus dari darah, gas dari reaksi kimia & gas dari bakteri dalam perut.
Komposisi kentut pun trnyata bervariasi. Makin banyak udara anda telan, makin banyak kadar nitrogen dalam kentut (oksigen dari udara terabsorbsi oleh tubuh sebelum sampai di usus). Adanya bakteri serta reaksi kimia antara asam perut & cairan usus
menghasilkan karbondioksida. Bakteri juga menghasilkan metana & hidrogen. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang anda makan, berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, berapa lama kita menahan kentut. Makin lama menahan kentut, makin besar proporsi nitrogen, karena gas-gas lain terabsorbsi oleh darah melalui dinding usus. Orang yang makannya tergesa-gesa kadar oksigen dalam kentut lebih banyak karena tubuhnya tidak
sempat mengabsorbsi oksigen. Dan ternyata karena adanya vibrasi lubang anus saat kentut diproduksi, kentut itu jadi berbunyi. Kerasnya bunyi tergantung pada kecepatan gas dan diameter lubang satu itu...

Setiap orang kentut, bahkan katanya beberapa detik setelah meninggal, orang masih bisa kentut. Jadi, kenapa juga malu ya... Ada kasus aneh ni, temen bapak ibu saya, seorang ibu yang pastinya sekarang sudah seusia ibu saya, ga pernah kentut di depan suaminya selama bertahun2 mereka menikah. She thinks that it's not polite... Hehehe... yang bener aja bu...

Senin, 10 November 2008

what he said, makes me think...

Hanya ngobrol biasa di meja makan.
Sambil menyantap makan malam.
Aku dengan semangkuk soto (cocok ga si dinner pake soto? hehe...)
Dan dia dengan nasi putih pulus telur mata sapi buatannya sendiri.

Lalu berkatalah dia, "Mau bapak ketemu karo kancane bapak. Pas mantu, pak kui wis tuik. Wis sepuh. Bapak suk mben nek mantu ya wis tuik durung ya?
(baca: kapan kamu mau menikah?)

Lalu bertanyalah ia pada ponakanku, "Mas, di band itu kamu main saksofon apa flute?" "Saksofon." "Ooo... tadi di manten juga ada temennya ibumu main saksofon. Wah, besok di mantennya tante Ya, kamu juga main saksofon ya."
(baca: segeralah menikah.)

Hmmm....sial! Aku jadi berpikir... Walaupun sebenarnya yang kutulis dalam tanda kurung itu adalah interpretasiku sendiri. Kaget aja, kok tiba2 ada isu tentang pernikahan... wadowhhh....

Tapi beneran, aku mjd benar2 berpikir... apa yang sebenarnya diharapkan olehnya mengenai relasi yg sedang kujalani sekarang? Apakah dia berpikir dan merasa bahwa saatku sudah seharusnya semakin dekat? Bahwa aku harus mulai memikirkan dan merencanakan hal itu? Hmmm... no clue...

Sabtu, 08 November 2008

badai di UGM

Kemarin sore, saya harus ke UGM, ke Ekonomi tepatnya, untuk mengambil hasil TOEFL. Jam tiga kurang sedikit saya berangkat dari rumah. Tepat waktu saya mau berangkat, bapak telpon. Menanyakan saya mau kemana. Saya jawab, mau ke ekonomi lalu rapat di paingan. Hati2 hujan,katanya. Di sini terang benderang, jawab saya.

Saya pun memacu starlet tercinta yang knalpotnya sedang bermasalah. Benar saja, sampai di Purawisata, hujan deras sudah mengguyur bumi.

Sampai di SMA 3, jalanan menjadi macet. Padat sekali. Jalan sisi barat yang harusnya digunakan kendaraan yg mau ke utara, dijadikan dua arah. Ooo.. ternyata ada pohon yang nyaris ambruk. Dan kemacetan makin menjadi2 di cik di tiro. Bayangkan, saya membutuhkan waktu 35 menit dari perempatan gramedia sampai ke panti rapih! FYI, biasanya cuman 3 menit!

Sampe bunderan, ternyata jalan masuk UGM ditutup. Saya tdk melihat sesuatu yg terlalu heboh, kecuali baliho "Andra n da backbone" yang mlorot. Memutari bunderan, warung2 di sisi selatan kagama ternyata porak poranda. Jalanan masih macet. Lampu lalulintas mati. Orang2 bukan polisi ikut membantu mengatur jalan. Saya berbelok masuk ke kawasan UGM lewat pintu masuk kompleks bulaksumur. Lepas dari jalan kompleks, ternyata ga boleh belok kanan karena ternyata ada pohon gede yang tumbang. Berbeloklah saya ke kanan, eh kiri maksdunya. Menuju ke arah GSP. Banyak orang berdiri memotret (dan menambah kemacetan tentu saja). Ternyata sodara2...parah...serem... pohon2, lampu2, baliho2 di seputaran GSP dan kampus FIB, FEB, psikologi ambruk... pager2 peyok ketimpa pohon... mobil dan motor yg ga beruntung juga kena...
Saya parkir di sisi timur GSP dan berjalan ke ekonomi. Pohon2 yang patah dan tumbang berserakan. Terpaksa saya melompat2. Saya menengok ke atas. Atap nampak tdk utuh. Sepertinya terbang dan melorot. Ngeri!

Kembali saya berpikir, pikiran yg sama dengan waktu gempa dulu, dalam hitungan detik, segala sesuatu yang kita anggap adalah milik kita, hasil usaha kita, bisa hilang begitu saja... Jadi, mengapa harus enggan berbagi... Mari berbagi... Karena semua yang kita terima dariNya adalah cuma2, kenapa tidak membagikannya dengan cuma2 pula...

hampir mencapai perhentian pertama

Sedikit lagi menuju ujian kompre. Ternyata, aku sudah menyusun proposal selama tujuh bulan! Haha... itu tertulisnya di buku harian tesis. Tapi sebenernya jelas aja ga selama itu... disambi2 yang lain si...hahah...