Senin, 17 November 2008

cemburu

Honestly, saya memang memiliki kecenderungan untuk menjadi pencemburu.
Saya tahu dan sadar betul, bahwa emosi jenis ini, dalam kadar yang sedikit saja di atas normal, tidak sehat. Tidak sehat buat saya. Tidak sehat buat pasangan (yang menjadi objek cemburu saya). Dan tidak sehat buat relasi kami berdua.
Saya tahu, bahwa Kitab Suci berkata: "Love is not jealous, ... does not look for its own interests, does not become provoked." (1 Corinthians 13:4).
Saya tahu, saya harus belajar untuk mengendalikan perasaan ini. Karena beberapa kejadian tidak mengenakkan terjadi gara2 cemburu saya pada pasangan. FYI, pasangan saya sangat tidak cemburuan. Dia memberi saya sayap untuk terbang. Walaupun kepadanya saya selalu ingin kembali bersarang :)
Empat bulan berpisah karena dia harus bekerja di Lampung, saya tidak cemburu. Saya percaya padanya seratus persen. Tapi, hari ini, di saat kami sedang menikmati hari2 bersama. Dia ditelpon tiga kali oleh tiga cewek yang berbeda. Semua menanyakan, kamu dimana? lagi apa? bahkan ada yang pake nanya, dah makan belum? trus, karena ada yg tau dia pulang karena mau periksa gigi, nanya: gimana giginya? diapain?
Huaaaa.... cemburu-ku kumat!
Yes, I am getting jealous!
Masalahnya adalah, dia adalah laki2 yg nice sekaligus polos. Dia ga sadar bahwa nada bicaranya (yang menurut dia males2an) akan diterima telinga wanita sebagai suara manja! Grrr!!! Dia ga sadar bahwa pertanyaan2 remeh temeh ga penting adalah sinyal perhatian dari perempuan pada laki2 yg disukainya. Dan dia ga sadar bahwa sikapnya seringkali diterima berbeda oleh para perempuan.
Bicarakan dunk... Ooo... sudah, saya sudah bicara. Apa jawabannya, hehehe... kamu bangga dunk sayang, kan artinya ada yg ngefans, tapi kan kamu tetap jadi juara di hatiku.
Hmmm... kalo ga dalam keadaan cemburu, mungkin kalimatnya membuatku melayang, tapi tidak kali ini... :p
Tapi, sebenarnya, setelah kupikir2... jauh di lubuk hatiku, aku percaya padanya... Nggak ada yang perlu kukhawatirkan...

2 komentar: