Rabu, 26 November 2008

bedanya "mau tak mau" dengan "aku mau!"

Beberapa waktu lalu, ketika saya dihadapkan pada beberapa pilihan, ibu saya berkata, "Kakehan pilihan, bingung... Nek ra duwe pilihan, ya bingung".
Waktu itu, saya mendapat keleluasaan untuk memilih apapun. Boleh pilih satu, boleh juga pilih dua2nya.
Menulis buku bisa dilakukan sembari mengerjakan tesis. Walaupun pada akhirnya, pada waktu tertentu ada yang sedikit "dikalahkan".

Hari ini saya belajar, bahwa ibu saya benar, tidak punya pilihan, tentu bukan hal menyenangkan.
Hari ini saya melihat, bahwa memiliki pilihan adalah sebuah blessing, sebuah kebaikan hati dari Tuhan dan alam semesta.
Hari ini saya menyadari, bahwa saya harus lebih bersyukur karena dianugerahi kesempatan untuk memilih.

Hari ini saya terenyuh, melihat anak sekecil itu, yang walaupun setetes ada hubungan darah dengan saya, harus pulang berjalan kaki ke rumah. Sendirian. Membawa tas besar di punggungnya.
Oke, katakan mungkin saya berlebihan memandang hal ini.
Berjalan kaki berangkan dan pulang sekolah adalah hal yg biasa.
Apalagi untuk jarak yang dekat.
Lalu kenapa saya harus terenyuh?
Karena saya membandingkannya dengan diri saya waktu kecil, dengan keponakan2 saya sekarang.

Anak itu, harus berjalan kaki sendirian, karena mau tak mau ia harus melakukannya.
Dia tidak punya pilihan.
Ayah ibunya tidak memiliki "pekerjaan resmi".
Dia lahir di tengah keluarga yang memiliki segudang permasalahan yang sedemikan kompleksnya.
Jadi, setiap hari, kaki kecil itu menyusuri jalanan sendirian... berangkat dan pulang sekolah.

Sementara saya... belasan tahun lalu ketika masih SD, saya memiliki pilihan untuk sekedar "ingin naik apa hari ini".
Mau naik sepeda? Boleh... Dianter mobil? Tersedia... Becak? Silakan saja...
Ponakan2 saya sekarang juga begitu...

Berlebihankah saya menilai kondisi ini?
Entahlah...

Namun yang pasti,
hari ini saya belajar, bahwa tidak semua orang punya pilihan dalam hidupnya.
Dan ketika kita dihadapkan pada pilihan2 yg membuat bingung, kita tetap masih harus bersyukur...

2 komentar:

  1. wuiih buku apa nih yang lagi disiapin?
    yie, bukankah anak itu tetep sesungguhnya punya pilihan..
    apakah dengan kondisi itu dia akan tetap pergi ke sekolah atau malas2an di rumah, ingat perjalanan yang harus ditempuh ?
    dan anak itu memilih untuk tetap pergi sekolah....
    salam sayang untuk anak itu...

    BalasHapus
  2. itulah fie...like i said...aku terlalu berlebihan dan emosional menilai situasi ini...hehehe...

    tapi ufi bener...setiap orang sebenernya tetep punya pilihan...walaupun sedikit...

    BalasHapus